Terima kasih sudah mengunjungi Satukota.com

DMCA  PROTECTED

Apakah Makanan yang Terkena Arang Seperti Sate Bisa Sebabkan Kanker?

Apakah makanan yang dibakar seperti sate dapat menyebabkan kanker
Sumber: Pixabay

Satukota.com – Makanan yang dimasak dengan cara dibakar sering dikaitkan dengan risiko kesehatan.

Sate merupakan salah satu hidangan populer di Indonesia yang diolah dengan cara dibakar menggunakan arang.

Proses pembakaran ini memberikan cita rasa khas yang digemari banyak orang.

Namun, metode memasak dengan suhu tinggi dan kontak langsung dengan api dapat memicu pembentukan senyawa berbahaya.

Senyawa yang terbentuk selama pembakaran daging menurut pafikabupatensiak.org antara lain hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH) dan amina heterosiklik (HCA).

PAH terbentuk dari asap yang dihasilkan saat lemak dari daging menetes ke arang panas, kemudian menempel pada permukaan daging.

Sementara itu, HCA terbentuk ketika daging merah dimasak pada suhu tinggi.

Kedua senyawa ini diketahui bersifat karsinogenik, yang berarti dapat memicu perkembangan sel kanker dalam tubuh.

Bagian daging yang berwarna hitam akibat pembakaran menunjukkan adanya HCA.

Oleh karena itu, bukan arangnya yang memicu kanker, melainkan proses pemanasan daging pada suhu tinggi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang dibakar terlalu sering dapat meningkatkan risiko terkena kanker pankreas hingga 60 persen.

Selain itu, konsumsi daging olahan yang dibakar, seperti sosis dan bacon, juga dapat meningkatkan risiko kanker usus besar dan prostat.

Meskipun demikian, pecinta makanan bakar tidak perlu khawatir berlebihan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko kesehatan saat mengonsumsi makanan yang dibakar.

Pertama, pilih daging tanpa lemak, karena daging berlemak cenderung menghasilkan lebih banyak asap saat dibakar, yang dapat meningkatkan pembentukan PAH.

Selain itu, merendam daging dalam bumbu selama 30 menit dapat mengurangi pembentukan zat karsinogen.

Memasak daging dengan cara direbus atau dikukus sebelum dibakar dapat mengurangi waktu pembakaran dan pembentukan senyawa berbahaya.

Hindari juga suhu terlalu tinggi dan kontak langsung dengan api untuk meminimalkan pembentukan HCA dan PAH.

Potongan daging yang lebih tipis akan matang lebih cepat, sehingga mengurangi waktu paparan terhadap suhu tinggi.

Membalik daging secara teratur saat dibakar juga dapat mencegah bagian tertentu menjadi terlalu gosong.

Sebaiknya, buang bagian daging yang berwarna hitam atau terlalu gosong sebelum dikonsumsi.

Selain itu, mengonsumsi makanan yang kaya serat, seperti sayuran dan buah-buahan, dapat membantu melawan efek karsinogen dalam tubuh.

Serat membantu proses pencernaan dan mempercepat eliminasi zat berbahaya dari tubuh.

Penting untuk diingat bahwa frekuensi dan jumlah konsumsi makanan yang dibakar memainkan peran signifikan dalam menentukan risiko kesehatan.

Mengonsumsi sate atau makanan bakar lainnya sesekali dengan porsi yang wajar, serta menerapkan tips di atas, dapat membantu mengurangi risiko terkait.

Sebagai tambahan, metode memasak alternatif seperti memanggang dalam oven, merebus, atau mengukus dapat menjadi pilihan yang lebih sehat.

Metode ini tidak menghasilkan senyawa karsinogenik yang sama seperti pada pembakaran langsung dengan arang.

Meskipun ada hubungan antara konsumsi makanan yang dibakar dengan peningkatan risiko kanker, hal ini dapat diminimalkan dengan teknik memasak yang tepat dan pola makan seimbang.

(VZ/RS)

error: Content is protected !!