Satukota.com – Infeksi saluran pernapasan menjadi ancaman serius kesehatan masyarakat yang tinggal di lingkungan dengan kebiasaan membakar sampah.
Asap hasil pembakaran sampah yang kerap dianggap sepele ternyata menyimpan risiko yang lebih besar dari yang dibayangkan.
Tanpa disadari, kebiasaan ini menimbulkan dampak jangka pendek dan panjang yang membahayakan sistem pernapasan, terutama bagi anak-anak dan lansia.
Di sejumlah kawasan permukiman padat penduduk, praktik membakar sampah rumah tangga masih menjadi kebiasaan sehari-hari.
Kurangnya fasilitas pengelolaan sampah dan minimnya kesadaran akan dampak kesehatan membuat masyarakat memilih jalan pintas membakar sampah di halaman rumah.
Kegiatan ini memicu pelepasan senyawa berbahaya ke udara, yang jika terhirup secara terus-menerus dapat mengganggu sistem pernapasan manusia.
Asap dari pembakaran sampah dilansir dari pafisindenreng.org mengandung berbagai zat beracun seperti karbon monoksida, formaldehida, benzena, dan partikel halus (PM2.5).
Partikel halus ini mampu menembus saluran napas hingga ke bagian terdalam paru-paru dan menyebabkan iritasi bahkan infeksi.
Menurut pafitenggara.org, paparan dalam waktu lama dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas seperti radang tenggorokan, pilek berkepanjangan, hingga sinusitis.
Sementara itu, risiko infeksi saluran pernapasan bawah seperti bronkitis dan pneumonia meningkat secara signifikan pada individu yang tinggal di sekitar sumber asap.
Menurut pengamatan di lapangan, beberapa warga yang tinggal di sekitar lokasi pembakaran sampah terbuka mengalami gejala seperti sesak napas, batuk kering, dan kelelahan.
Keluhan tersebut cenderung meningkat pada pagi dan sore hari, saat intensitas asap terdeteksi lebih tinggi karena aktivitas pembakaran.
Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap dampak buruk asap sampah.
Sistem imun dan kapasitas paru-paru mereka yang belum berkembang sempurna membuat mereka lebih mudah terserang infeksi.
Di beberapa kasus, anak-anak mengalami gangguan pernapasan kronis yang memerlukan penanganan medis jangka panjang.
Lansia dan penderita penyakit kronis seperti asma, penyakit jantung, atau PPOK juga berada dalam kelompok berisiko tinggi.
Paparan berulang terhadap polusi asap dapat memperburuk kondisi mereka dan meningkatkan angka kunjungan ke fasilitas kesehatan.
Selain dampak kesehatan, kebiasaan membakar sampah juga memperparah pencemaran udara lokal.
Kualitas udara di lingkungan permukiman menurun drastis, yang berujung pada terganggunya kenyamanan dan aktivitas warga.
Ironisnya, banyak warga yang belum memahami hubungan langsung antara pembakaran sampah dan gangguan pernapasan yang mereka alami.
Kampanye edukasi tentang bahaya pembakaran sampah masih terbatas dan belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Sementara itu, penegakan aturan tentang larangan pembakaran sampah secara terbuka belum berjalan optimal.
Beberapa daerah telah memiliki peraturan daerah tentang pengelolaan sampah dan pelarangan pembakaran, namun pelaksanaannya masih bersifat imbauan.
Diperlukan sinergi antara pemerintah daerah, tenaga kesehatan, dan komunitas lokal untuk mengubah kebiasaan buruk ini.
Upaya pencegahan harus dimulai dari edukasi yang konsisten, disertai dengan penyediaan alternatif pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Program seperti bank sampah, komposting, atau sistem pengangkutan terjadwal perlu diperkuat untuk mengurangi pembakaran.
Peran petugas kesehatan di tingkat Puskesmas juga penting dalam mengedukasi warga tentang gejala awal infeksi saluran pernapasan akibat polusi asap.
Dengan deteksi dini dan penanganan cepat, risiko komplikasi serius dapat ditekan.
Langkah-langkah kecil seperti penggunaan masker, menghindari area pembakaran, dan ventilasi rumah yang baik juga dapat membantu mengurangi paparan.
Namun, solusi jangka panjang tetap bergantung pada perubahan kebijakan dan perilaku kolektif.
Lingkungan yang bersih dan udara yang sehat bukan hanya tanggung jawab individu, melainkan komitmen bersama seluruh elemen masyarakat.
Kesadaran bahwa pembakaran sampah bukan solusi, melainkan sumber masalah, harus menjadi awal dari perubahan besar dalam pola hidup sehat./*\