Satukota.com – Berbaring setelah makan sering dianggap sebagai kebiasaan yang nyaman, namun ternyata dapat memicu masalah pencernaan seperti maag.
Kebiasaan ini tampaknya sepele, tetapi memiliki dampak signifikan pada sistem pencernaan seseorang.
Banyak orang tidak menyadari bahwa posisi tubuh setelah makan dapat memengaruhi kesehatan lambung dan pencernaan.
Dampaknya bukan hanya sekadar rasa tidak nyaman, tetapi bisa menyebabkan penyakit seperti refluks asam atau gastroesophageal reflux disease (GERD).
Proses Pencernaan dan Posisi Tubuh
Ketika seseorang makan, makanan akan melewati kerongkongan menuju lambung.
Di lambung seperti dijelaskan oleh pafibengkulutengahkab.org, makanan bercampur dengan asam lambung dan enzim untuk dicerna sebelum berpindah ke usus kecil.
Proses ini memerlukan waktu beberapa jam agar pencernaan dapat berlangsung secara optimal.
Berbaring setelah makan dapat mengganggu proses ini karena gravitasi yang tidak mendukung perjalanan makanan dari lambung ke usus.
Refluks Asam dan GERD
Berbaring setelah makan meningkatkan risiko terjadinya refluks asam.
Refluks asam terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan karena katup antara lambung dan kerongkongan (sfingter esofagus bagian bawah) melemah atau terbuka.
Dalam posisi berbaring, tekanan pada lambung meningkat sehingga asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan.
Jika dibiarkan dalam jangka panjang, kondisi ini dapat berkembang menjadi GERD, yang memicu sensasi terbakar di dada atau dikenal sebagai heartburn.
Menurut Mayo Clinic, GERD seringkali dipicu oleh kebiasaan berbaring setelah makan, terutama jika makanan yang dikonsumsi tinggi lemak dan pedas.
Maag dan Penyebabnya
Maag adalah kondisi di mana lapisan lambung mengalami peradangan atau iritasi.
Kebiasaan berbaring setelah makan dapat meningkatkan risiko maag karena produksi asam lambung yang meningkat.
Saat seseorang berbaring, asam lambung bisa naik kembali dan merusak lapisan dinding lambung serta kerongkongan.
Selain itu, makan dalam porsi besar dan langsung berbaring juga menekan lambung dan memicu ketidaknyamanan.
Faktor Risiko Tambahan
Selain kebiasaan berbaring setelah makan, ada beberapa faktor lain yang memperparah maag dan refluks asam.
Makanan berlemak, pedas, asam, serta minuman berkafein dan berkarbonasi sering menjadi pemicu.
Merokok dan konsumsi alkohol juga dapat melemahkan sfingter esofagus sehingga asam lambung lebih mudah naik.
Menurut National Institutes of Health (NIH), obesitas dan kehamilan juga meningkatkan tekanan pada lambung yang memperburuk gejala maag dan GERD.
Cara Mencegah Maag Akibat Berbaring Setelah Makan
Agar terhindar dari maag dan refluks asam, ada beberapa langkah yang dapat diikuti.
Pertama, hindari berbaring langsung setelah makan.
Berikan jeda waktu minimal 2 hingga 3 jam sebelum berbaring atau tidur agar makanan dapat dicerna dengan baik.
Kedua, makan dalam porsi kecil namun sering, dibandingkan makan dalam porsi besar.
Ketiga, hindari konsumsi makanan pemicu seperti gorengan, makanan pedas, dan minuman bersoda menjelang tidur.
Keempat, gunakan bantal yang lebih tinggi ketika tidur agar posisi kepala lebih tinggi dari lambung.
Dengan cara ini, gravitasi membantu menjaga asam lambung tetap di lambung dan tidak naik ke kerongkongan.
Pentingnya Pola Makan Sehat
Pola makan yang sehat juga memainkan peran penting dalam mencegah maag dan masalah pencernaan lainnya.
Konsumsi makanan kaya serat seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian dapat membantu pencernaan bekerja lebih baik.
Hindari makan dalam kondisi terburu-buru karena dapat meningkatkan jumlah udara yang tertelan dan memperburuk gejala maag.
Selain itu, penting untuk mengunyah makanan dengan baik agar lebih mudah dicerna di lambung.
(VZ/RS)