Terima kasih sudah mengunjungi Satukota.com

DMCA  PROTECTED

Penyakit Mata Apa Saja yang Bisa Diobati dengan LASIK?

Penyakit Mata Apa Saja yang Bisa Diobati dengan LASIK
Ilustrasi pengecekan kesehatan mata untuk mengetahui kondisi mata. Sumber: Pixabay/ newarta

Satukota.com – Operasi LASIK telah menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia dalam mengatasi berbagai gangguan penglihatan.

Teknologi ini menawarkan alternatif yang efektif bagi mereka yang ingin terbebas dari ketergantungan pada kacamata atau lensa kontak. Nah, selain biaya operasi LASIK, banyak orang yang juga bertanya-tanya, operasi LASIK itu bisa untuk penyakit mata apa saja ya?

Dengan prosedur yang relatif cepat dan hasil yang memuaskan, LASIK semakin diminati oleh berbagai kalangan.

Gangguan Penglihatan yang Dapat Diatasi dengan LASIK

Operasi LASIK (Laser-Assisted In Situ Keratomileusis) merupakan prosedur bedah refraktif yang menggunakan teknologi laser untuk mengubah bentuk kornea mata. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kelainan refraksi sehingga cahaya dapat difokuskan tepat pada retina, menghasilkan penglihatan yang lebih jelas.

Tiga jenis gangguan penglihatan utama yang dapat diatasi dengan LASIK adalah miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat), dan astigmatisme (mata silinder).

Miopi terjadi ketika bola mata terlalu panjang atau kornea terlalu cembung, menyebabkan cahaya terfokus di depan retina. Penderita miopi kesulitan melihat objek yang jauh dengan jelas. LASIK dapat meratakan kornea yang terlalu melengkung, sehingga cahaya dapat difokuskan tepat pada retina.

Hipermetropi, sebaliknya, disebabkan oleh bola mata yang terlalu pendek atau kornea yang terlalu datar, membuat cahaya terfokus di belakang retina. Akibatnya, objek yang dekat tampak buram. Dengan LASIK, kornea dibuat lebih cembung agar cahaya dapat difokuskan dengan benar pada retina.

Astigmatisme terjadi karena bentuk kornea yang tidak simetris, menyebabkan cahaya terfokus pada lebih dari satu titik di retina. Ini mengakibatkan penglihatan kabur atau berbayang pada semua jarak. LASIK dapat mengoreksi bentuk kornea yang tidak teratur, memungkinkan cahaya difokuskan secara merata pada retina.

Kriteria dan Prosedur Operasi LASIK

Namun, tidak semua orang memenuhi syarat untuk menjalani operasi LASIK. Calon pasien harus berusia minimal 18 tahun dan memiliki ketajaman penglihatan yang stabil setidaknya selama satu tahun terakhir. Selain itu, kondisi mata harus sehat, tanpa infeksi atau kelainan serius seperti keratoconus, glaukoma, atau katarak. Ketebalan kornea juga menjadi pertimbangan penting, kornea yang terlalu tipis dapat meningkatkan risiko komplikasi.

Prosedur LASIK dimulai dengan pembuatan flap tipis pada kornea menggunakan mikrokeratom atau laser femtosecond. Flap ini kemudian dilipat untuk memungkinkan laser excimer mengubah bentuk jaringan kornea di bawahnya. Setelah koreksi selesai, flap dikembalikan ke posisi semula dan akan menyatu secara alami tanpa perlu jahitan.

Keuntungan utama dari LASIK adalah pemulihan yang cepat dan minimnya rasa sakit pascaoperasi. Sebagian besar pasien melaporkan peningkatan penglihatan dalam waktu 24 jam setelah prosedur. Namun, beberapa efek samping seperti mata kering, silau, atau penglihatan ganda dapat terjadi, meskipun biasanya bersifat sementara.

Meskipun LASIK menawarkan solusi jangka panjang untuk banyak orang, penting untuk memahami bahwa hasilnya dapat bervariasi tergantung pada kondisi individu. Beberapa pasien mungkin masih memerlukan kacamata untuk aktivitas tertentu, terutama membaca atau melihat dalam kondisi cahaya rendah.

Selain itu, LASIK tidak dapat mengobati semua jenis gangguan penglihatan. Presbiopia, atau mata tua, yang umum terjadi pada usia di atas 40 tahun, tidak dapat diperbaiki dengan LASIK karena melibatkan perubahan pada lensa mata, bukan kornea. Demikian pula, kondisi seperti ambliopia (mata malas) dan katarak memerlukan pendekatan pengobatan yang berbeda.

Sebelum memutuskan untuk menjalani LASIK, konsultasi dengan dokter spesialis mata sangat dianjurkan. Pemeriksaan menyeluruh akan menentukan apakah seseorang adalah kandidat yang cocok untuk prosedur ini dan membantu mengidentifikasi potensi risiko atau komplikasi.***