Terima kasih sudah mengunjungi Satukota.com

DMCA  PROTECTED

Sleep Apnea dan Gangguan Tiroid, Dua Penyebab Utama Kantuk Berlebihan Meski Tidur Cukup

Sleep Apnea dan Gangguan Tiroid, Dua Penyebab Utama Kantuk Berlebihan Meski Tidur Cukup
Sleep apnea dan hipotiroidisme dapat menyebabkan rasa kantuk berlebihan meski tidur cukup. (Sumber: Instagram/ruanganilmu)

Satukota.com – Rasa kantuk berlebihan meski sudah tidur cukup kerap menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang sering kali tak disadari. Dua penyebab utama yang mungkin mendasari kondisi ini adalah sleep apnea dan gangguan tiroid.

Sleep apnea, yang merupakan gangguan tidur serius, dan hipotiroidisme, salah satu bentuk gangguan tiroid, memiliki dampak signifikan terhadap kualitas hidup. Kondisi ini memengaruhi metabolisme tubuh dan kualitas tidur seseorang.

Kantuk berlebihan yang dialami oleh penderita sleep apnea dan hipotiroidisme sering kali dianggap remeh. Padahal, hal ini dapat mengganggu produktivitas sehari-hari dan menjadi indikasi adanya masalah kesehatan serius.

Sleep apnea adalah gangguan tidur di mana pernapasan seseorang berhenti sementara selama tidur. Gangguan ini dapat terjadi berulang kali dalam satu malam, mengganggu siklus tidur dan membuat tubuh kekurangan oksigen.

Kondisi tersebut membuat tidur yang tampaknya cukup lama tidak memberikan efek yang menyegarkan. Akibatnya, penderita sleep apnea sering merasa lelah dan mengantuk sepanjang hari.

Penyebab sleep apnea sangat beragam, termasuk obesitas, struktur saluran napas yang sempit, dan faktor genetik. Gejala lainnya meliputi mendengkur keras, terbangun dengan sesak napas, atau sering buang air kecil di malam hari.

Gangguan tiroid, terutama hipotiroidisme, juga menjadi faktor penyebab rasa kantuk berlebihan. Hipotiroidisme adalah kondisi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid dalam jumlah yang cukup.

Hormon tiroid berperan penting dalam mengatur metabolisme tubuh. Ketika hormon ini kurang, metabolisme melambat sehingga tubuh mudah lelah dan merasa lesu meski tidur cukup.

Gejala hipotiroidisme lainnya meliputi kulit kering, rambut rontok, sulit berkonsentrasi, dan peningkatan berat badan. Meski sering kali dianggap sebagai gangguan ringan, hipotiroidisme memerlukan penanganan medis yang tepat untuk mencegah komplikasi serius.

Menurut para ahli kesehatan, kedua kondisi ini memiliki dampak yang luas terhadap kualitas hidup. Selain rasa kantuk, penderita juga dapat mengalami gangguan konsentrasi, suasana hati yang buruk, dan penurunan daya tahan tubuh.

Sleep apnea dan hipotiroidisme dapat didiagnosis melalui pemeriksaan medis. Untuk sleep apnea, dokter biasanya menyarankan studi tidur atau polisomnografi untuk memantau pola pernapasan selama tidur.

Sementara itu, hipotiroidisme didiagnosis melalui tes darah yang mengukur kadar hormon tiroid dan hormon perangsang tiroid (TSH). Hasil tes ini membantu dokter menentukan tingkat keparahan gangguan tiroid dan langkah pengobatan yang tepat.

Pengobatan sleep apnea sering melibatkan penggunaan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP), sebuah alat yang membantu menjaga saluran napas tetap terbuka saat tidur. Selain itu, perubahan gaya hidup seperti menurunkan berat badan dan menghindari konsumsi alkohol juga disarankan.

Untuk hipotiroidisme, pengobatan umumnya dilakukan dengan terapi hormon pengganti berupa levothyroxine. Obat ini membantu mengembalikan kadar hormon tiroid ke tingkat normal, sehingga gejala kantuk berlebihan dapat berkurang.

Pencegahan kedua kondisi ini juga penting untuk diperhatikan. Menjaga pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan mengelola stres, dapat membantu mengurangi risiko sleep apnea dan gangguan tiroid.

Masyarakat juga diimbau untuk tidak mengabaikan tanda-tanda kantuk berlebihan yang berlangsung terus-menerus. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.

Kesadaran akan dampak sleep apnea dan hipotiroidisme perlu ditingkatkan, mengingat keduanya kerap kali tidak terdiagnosis hingga menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Melalui edukasi dan konsultasi medis, diharapkan masyarakat dapat memahami pentingnya menjaga kualitas tidur dan kesehatan tiroid.***

error: Content is protected !!