Terima kasih sudah mengunjungi Satukota.com

DMCA  PROTECTED

Sastra  

Perbedaan MV dan OST, Mana yang Lebih Mahal dalam Produksi Industri Musik Korea?

Perbedaan MV dan OST
Ilustrasi. Sumber: Pixabay/ Pupochek

Satukota.com – Banyak yang menggali musik dalam film atau pun industri musik Korea Selatan yang dikenal dengan kualitas produksi yang tinggi, namun biaya di balik pembuatan MV dan OST ternyata menyimpan banyak perbedaan menarik.

Dilansir dari MusikOnline, di balik popularitas video musik (MV) dan original soundtrack (OST), ada aspek finansial yang kerap luput dari perhatian publik.

Keduanya merupakan elemen penting dalam memasarkan musik dan artis, tetapi memiliki tujuan dan skala produksi yang berbeda.

Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan mendasar di kalangan penggemar dan pengamat industri: di antara MV dan OST, manakah yang sebenarnya lebih mahal?

MV atau video musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perilisan lagu utama artis K-Pop.

Produksi MV sering kali melibatkan lokasi syuting mewah, kostum yang dirancang khusus, koreografi kompleks, hingga efek visual berteknologi tinggi.

Sebuah MV dari grup papan atas seperti BTS, BLACKPINK, atau EXO bisa menghabiskan biaya mencapai ratusan juta hingga miliaran won Korea Selatan.

Produksi MV membutuhkan kru besar yang mencakup sutradara, penata artistik, koreografer, ahli pencahayaan, dan editor profesional.

Biaya sewa studio, properti, hingga logistik pengangkutan juga menjadi faktor utama yang membengkakkan anggaran.

Belum lagi biaya post-production yang mencakup color grading, CGI, dan editing final.

Sebaliknya, OST memiliki pendekatan produksi yang berbeda.

OST umumnya dibuat untuk mendukung suasana dalam serial drama atau film tertentu.

Karena sifatnya sebagai pelengkap narasi visual, OST cenderung lebih fokus pada kualitas vokal dan emosionalitas lagu.

Proses produksinya biasanya melibatkan penyanyi solo dengan rekaman di studio tertutup, tanpa visualisasi mewah seperti MV.

Namun, bukan berarti biaya produksi OST selalu lebih murah.

OST dari drama populer seperti “Goblin”, “Crash Landing on You”, atau “Itaewon Class” bisa menelan biaya cukup besar untuk memastikan kualitas audio dan keterlibatan artis ternama.

Bayaran penyanyi OST papan atas bahkan bisa mendekati atau melebihi pendapatan dari artis yang tampil dalam MV, tergantung popularitas dan kontribusinya terhadap drama.

Selain itu, lisensi musik OST yang tayang dalam drama atau film bioskop juga menghasilkan pendapatan besar jangka panjang.

Dalam konteks ini, biaya produksi OST bisa lebih ekonomis, tetapi keuntungannya bisa jauh lebih berkelanjutan.

Distribusi OST juga lebih fleksibel, karena bisa dikonsumsi secara terpisah dari visualnya dan kerap masuk tangga lagu digital meski tanpa promosi besar-besaran.

Dari segi pengembalian investasi, MV sangat tergantung pada performa lagu dan respons publik terhadap visualisasi.

Jika tidak mencapai ekspektasi popularitas, biaya besar yang telah dikeluarkan bisa menjadi beban agensi.

Sebaliknya, OST sering kali mendapatkan exposure dari popularitas dramanya terlebih dahulu, lalu baru menarik perhatian pada lagu.

Hal ini membuat OST lebih stabil secara pemasaran, karena sudah “menumpang” popularitas dari medium lainnya.

Secara keseluruhan, biaya MV memang cenderung lebih tinggi karena tuntutan visual dan kompleksitas produksinya.

Namun, OST bisa menyamai atau bahkan melampaui nilai tersebut bila melibatkan artis besar dan drama populer sebagai medianya.

Perbedaan utama antara MV dan OST bukan hanya terletak pada aspek biaya, tetapi juga strategi pemasaran dan tujuan artistiknya.

MV lebih menonjolkan identitas artis dan menjadi alat promosi utama.

Sementara OST menjadi jembatan emosional antara cerita dalam drama dan audiensnya.

Tren saat ini menunjukkan bahwa banyak penyanyi yang sukses melalui OST, bahkan tanpa pernah merilis MV komersial.

Contohnya adalah Ailee dan Baek Ji-young, yang dikenal luas sebagai “ratu OST” karena sering menyumbang lagu untuk drama populer.

Di sisi lain, MV tetap menjadi tolok ukur eksistensi grup idol di industri K-Pop.

Visualisasi yang kuat dari MV kerap menjadi viral dan membawa dampak besar terhadap penjualan album dan merchandise.

Agensi pun sering mengalokasikan anggaran besar untuk memastikan MV dapat bersaing dalam pasar global.

Meski begitu, dalam era digital dan platform streaming saat ini, batas antara MV dan OST semakin kabur.

Keduanya saling melengkapi dalam ekosistem musik Korea dan berperan besar dalam memperluas jangkauan global industri hiburan negara tersebut.

Dengan demikian, pertanyaan mana yang lebih mahal sebaiknya dilihat bukan hanya dari nilai nominal, tetapi juga konteks produksi, distribusi, dan tujuan dari masing-masing karya.

Perbandingan ini memperlihatkan bahwa baik MV maupun OST memiliki nilai strategis tersendiri yang tidak bisa diukur dari biaya produksi semata.

Industri musik Korea membuktikan bahwa kualitas, kreativitas, dan penempatan yang tepat bisa membuat kedua jenis karya ini sama-sama bernilai tinggi, baik secara ekonomi maupun artistik.***

error: Content is protected !!