Satukota.com – Bioavailabilitas obat adalah konsep kunci dalam farmakokinetika yang mengukur seberapa banyak zat aktif dari suatu obat yang benar-benar tersedia untuk mencapai sirkulasi sistemik setelah pemberian.
Bioavailabilitas penting untuk menentukan seberapa cepat dan efektif suatu obat bekerja di dalam tubuh, serta seberapa besar dosis yang diperlukan untuk mencapai efek terapeutik yang diinginkan.
Konsep ini sangat krusial, terutama dalam pengembangan obat baru dan dalam praktek klinis untuk memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang optimal.
Definisi dan Prinsip Bioavailabilitas
Dilansir dari pafipckabsumenep.org, bioavailabilitas merujuk pada persentase dari dosis obat yang berhasil mencapai aliran darah dalam bentuk yang aktif.
Pada umumnya, bioavailabilitas obat yang diberikan melalui rute intravena (IV) adalah 100%, karena obat langsung masuk ke sirkulasi sistemik tanpa melalui hambatan.
Sebaliknya, obat yang diberikan secara oral seringkali memiliki bioavailabilitas yang lebih rendah karena berbagai hambatan, seperti degradasi oleh asam lambung dan enzim pencernaan, serta metabolisme pertama oleh hati sebelum obat mencapai sirkulasi sistemik .
Proses yang dikenal sebagai efek lintas pertama (first-pass effect) sangat signifikan dalam menurunkan bioavailabilitas obat oral.
Setelah diserap di usus, obat akan melewati hati di mana sebagian zat aktif dapat dimetabolisme sebelum mencapai sirkulasi sistemik.
Akibatnya, hanya sebagian dari dosis awal yang benar-benar beredar dalam darah dan tersedia untuk berinteraksi dengan target terapi .
Faktor yang Mempengaruhi Bioavailabilitas
- Rute Pemberian Obat: Rute pemberian obat memainkan peran penting dalam menentukan bioavailabilitas. Obat yang diberikan secara intravena memiliki bioavailabilitas 100%, sedangkan obat yang diberikan secara oral dapat memiliki bioavailabilitas yang bervariasi, tergantung pada faktor-faktor seperti solubilitas obat, stabilitas di saluran pencernaan, dan kecepatan absorpsi .
- Interaksi dengan Makanan: Makanan dapat berpengaruh besar terhadap bioavailabilitas obat. Beberapa jenis makanan, terutama makanan yang kaya lemak, dapat memperlambat penyerapan obat, sementara makanan dengan kandungan asam yang tinggi dapat meningkatkan absorpsi. Contoh klasik adalah penyerapan obat jenis antibiotik yang dapat dipengaruhi oleh keberadaan produk susu, yang mengikat obat di usus sehingga mengurangi bioavailabilitas .
- Kondisi Fisiologis Pasien: Kondisi kesehatan pasien juga berdampak pada bioavailabilitas obat. Gangguan fungsi hati atau ginjal, masalah pencernaan, serta faktor usia dan berat badan, semuanya mempengaruhi bagaimana tubuh menyerap dan memetabolisme obat. Misalnya, pasien dengan gangguan fungsi hati mungkin memiliki metabolisme yang terganggu sehingga bioavailabilitas obat oral dapat berkurang secara signifikan .