Satukota.com – Sustainability atau keberlanjutan dalam farmasi adalah salah satu isu utama yang sedang dihadapi oleh industri farmasi di seluruh dunia.
Dengan meningkatnya perhatian terhadap perubahan iklim dan pencemaran lingkungan, industri farmasi dihadapkan pada tantangan untuk menemukan cara-cara yang lebih ramah lingkungan dalam memproduksi obat-obatan.
Hal ini melibatkan upaya untuk meminimalisir dampak lingkungan, termasuk pengelolaan limbah, efisiensi penggunaan energi, hingga peralihan ke bahan baku dan proses yang lebih hijau.
Produksi obat sering kali menghasilkan limbah beracun yang berdampak negatif pada ekosistem, termasuk bahan kimia aktif yang tidak sepenuhnya terurai di alam.
Salah satu masalah besar yang dihadapi adalah limbah farmasi yang mencemari sumber air, yang dapat mempengaruhi kehidupan akuatik dan bahkan masuk ke dalam rantai makanan manusia.
Misalnya, beberapa penelitian menunjukkan adanya residu farmasi, seperti antibiotik dan hormon, dalam air sungai dan danau, yang berkontribusi pada resistensi antibiotik dan gangguan ekosistem .
Industri farmasi global telah mulai berinvestasi dalam teknologi yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi dampak ini.
Dilansir dari pcpafisorong.org, banyak perusahaan farmasi besar, termasuk yang ada di Indonesia, telah menerapkan proses produksi yang lebih berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi mutakhir.
Salah satu langkah yang signifikan adalah pengurangan penggunaan bahan kimia berbahaya dalam proses sintesis obat.
Teknologi seperti “green chemistry” semakin diadopsi, di mana proses kimia dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan produksi limbah beracun dan mengurangi penggunaan energi .
Selain itu, beberapa perusahaan farmasi mulai menggunakan lebih sedikit air dalam proses produksi mereka.