Satukota.com – Gaji pekerja distribusi program Makan Siang Bergizi (MBG) di Cimahi menjadi perhatian publik karena sistem pembayarannya berbeda dari kebanyakan sektor kerja.
Hitungan gaji untuk pekerja distribusi MBG di Cimahi umumnya tidak dilakukan secara bulanan, melainkan harian.
Nominal gaji rata-rata berada di kisaran Rp100 ribu per hari, meski jumlah pastinya bisa lebih tinggi atau lebih rendah tergantung kesepakatan kerja.
Sistem upah harian ini membuat total pendapatan pekerja distribusi MBG bergantung pada jumlah hari kerja yang dijalani setiap bulannya.
Misalnya, jika seorang pekerja hanya bekerja selama 20 hari dalam satu bulan, maka penghasilan yang diterima hanya sebesar 20 kali upah harian.
Dengan kata lain, semakin banyak hari kerja yang dijalani, semakin besar pula gaji yang didapatkan pekerja distribusi MBG.
Praktik penghitungan gaji harian ini sudah lazim dalam sektor pekerjaan berbasis lapangan, termasuk pada distribusi makanan di wilayah perkotaan seperti Cimahi.
Namun, bagi sebagian pekerja, sistem ini dianggap kurang memberikan kepastian penghasilan karena jumlah hari kerja tidak selalu sama setiap bulan.
Kondisi tersebut membuat sebagian pekerja harus mencari alternatif pekerjaan tambahan untuk menutup kebutuhan bulanan.
Pekerja distribusi MBG di Cimahi juga menghadapi tantangan lain, yakni tingginya beban kerja fisik.
Mereka bertanggung jawab mengantarkan paket makan siang ke berbagai titik distribusi yang tersebar di wilayah Cimahi.
Dalam satu hari, rute distribusi bisa mencakup beberapa sekolah atau lokasi penerima program, sehingga memerlukan tenaga ekstra.
Meski nominal harian terlihat cukup untuk kebutuhan dasar, bila dihitung per bulan nilainya masih tergolong standar.
Sebagai gambaran, dengan 20 hari kerja, penghasilan yang didapat hanya sekitar Rp2 juta. Namun itu jika hanya 20 hari, sebab bisa lebih dari 20 hari.
Jumlah tersebut harus dibagi untuk kebutuhan rumah tangga, transportasi, serta biaya lain yang tidak bisa dihindari.
Sementara itu, pekerja dengan beban kerja lebih banyak biasanya mendapat tambahan insentif.
Insentif tersebut dapat berupa uang transportasi atau kompensasi tambahan jika jarak distribusi lebih jauh dari biasanya.
Beberapa pekerja menyebut bahwa sistem pembayaran per hari memberi fleksibilitas dalam mengatur waktu kerja.
Namun, dari sisi finansial, fleksibilitas tersebut juga berarti risiko pendapatan yang fluktuatif.
Pemerintah Indonesia sendiri melalui program MBG menekankan bahwa pekerja distribusi adalah salah satu bagian penting dalam keberhasilan implementasi program.
Tanpa tenaga distribusi, makanan bergizi tidak dapat sampai ke tangan para penerima manfaat tepat waktu.
Oleh karena itu, transparansi mengenai sistem gaji dan skema kerja menjadi hal yang patut diperhatikan agar pekerja merasa dihargai.
Dalam konteks ekonomi lokal, pendapatan pekerja distribusi MBG dapat membantu roda perekonomian Cimahi tetap bergerak.***