Terima kasih sudah mengunjungi Satukota.com

DMCA  PROTECTED

Ditegur Gara-Gara Ucapan “Hati-Hati”, Penjaga Kedai Lemon di Cimahi Jadi Sasaran Amarah

Ditegur Gara-Gara Ucapan Hati-Hati, Penjaga Kedai Lemon di Cimahi Jadi Sasaran Amarah
Penjaga kedai lemon di Cimahi saat melayani pelanggan sebelum terjadi insiden. (Sumber: Instagram/fakta.indo)

Satukota.com – Seorang penjaga kedai lemon di Cimahi, Jawa Barat, mengalami insiden tak terduga setelah mengucapkan kata sederhana “hati-hati” kepada seorang pelanggan.

Peristiwa yang terekam kamera CCTV ini terjadi pada Kamis (23/4/2025) dan kini menjadi perbincangan luas di media sosial.

Alih-alih mendapatkan balasan ramah, penjaga kedai justru menerima teguran keras yang mengarah pada tuduhan serius dan bermuatan SARA.

Kejadian bermula ketika seorang ibu-ibu berbelanja di sebuah kedai lemon yang berlokasi di kawasan Cimahi, Jawa Barat.

Sesuai rekaman CCTV yang tersebar di media sosial, penjaga kedai terlihat melayani dengan sikap sopan dan menutup transaksi dengan ucapan “hati-hati”.

Namun, alih-alih mengangguk atau mengucapkan terima kasih, sang ibu malah berhenti sejenak dan menegur penjaga tersebut dengan nada tinggi.

Dalam video berdurasi singkat tersebut, ibu itu bahkan menyebut ucapan “hati-hati” sebagai “kata-kata teroris ISIS”, membuat suasana menjadi tegang dan canggung.

Sumber di lapangan menyebutkan bahwa penjaga kedai terlihat terkejut dengan reaksi berlebihan tersebut, namun tetap berusaha menjaga ketenangan.

Warga sekitar yang mengetahui insiden itu mengaku prihatin dan menyayangkan sikap sang ibu yang dinilai berlebihan dalam menanggapi ucapan sopan.

Seorang saksi mata yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa ucapan “hati-hati” merupakan hal biasa dalam pelayanan sehari-hari di toko tersebut.

Menurutnya, ungkapan tersebut digunakan sebagai bentuk perhatian kepada pelanggan, bukan untuk menyinggung apalagi mengancam.

Pakar komunikasi sosial, melalui wawancara dengan media lokal, menilai kejadian ini sebagai contoh pentingnya pemahaman konteks dalam komunikasi.

Ia menjelaskan bahwa dalam budaya Indonesia, sapaan seperti “hati-hati” sudah sangat umum digunakan untuk menunjukkan keramahan dan empati.

Mencuatnya kasus ini di media sosial menuai beragam komentar dari warganet.

Banyak yang membela penjaga kedai dan menilai reaksi sang ibu sebagai bentuk kesalahpahaman yang dipicu oleh prasangka tidak berdasar.

Pakar hukum pidana juga menanggapi fenomena ini dengan menekankan bahwa tuduhan terkait terorisme tidak bisa dilontarkan sembarangan tanpa dasar hukum yang jelas.

Ia menegaskan, jika pernyataan tersebut dinilai mencemarkan nama baik, penjaga kedai berhak melapor ke pihak berwajib untuk mendapatkan perlindungan hukum.

Ucapan sederhana seperti “hati-hati”, “terima kasih”, atau “semoga sehat selalu” adalah bentuk kecil dari budaya pelayanan yang ramah dan menghargai.

Menanggapi viralnya video tersebut, sejumlah warganet di platform Instagram hingga Twitter membagikan pesan solidaritas bagi pekerja ritel yang kerap menjadi sasaran kemarahan tak beralasan.

Banyak di antaranya yang membagikan pengalaman pribadi saat mendapat respons negatif saat mencoba bersikap sopan kepada pelanggan.

Fenomena ini memperlihatkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah dalam membangun budaya saling menghormati dalam interaksi publik di Indonesia.

Jangan jajan sembarangan! Perhatikan kadar gulanya biar gak kena diabetes! Cari artikel soal kesehatan? Cek selengkapnya di: pafihulusungaiselatankab.org***

error: Content is protected !!