Satukota.com – Diet ekstrem pada remaja menjadi perhatian serius karena risiko kesehatan yang dapat ditimbulkannya.
Kasus remaja yang mencoba menurunkan berat badan dengan metode tidak sehat semakin meningkat. Hal ini kerap didorong oleh tekanan sosial dan standar kecantikan yang tak realistis.
IDI Baa NTT (idibaa.org) menyoroti pentingnya pemahaman tentang pola makan sehat dibandingkan diet ekstrem. Remaja memerlukan energi dan nutrisi optimal untuk mendukung masa pertumbuhan mereka.
Diet ekstrem seperti mengurangi kalori secara drastis dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan.
Ahli gizi menyebutkan bahwa metode ini mungkin terlihat efektif dalam waktu singkat, tetapi dampaknya bisa berbahaya.
Risiko Diet Ekstrem pada Remaja
Diet ekstrem dapat menyebabkan gangguan pada fungsi pencernaan. Salah satu risikonya adalah sembelit karena kurangnya serat dalam pola makan sehari-hari.
Kekurangan serat juga dapat mengganggu keseimbangan bakteri usus yang memengaruhi sistem imun tubuh.
Menurut ahli dari Universitas Airlangga, diet ekstrem sering kali berlandaskan mitos atau tren yang tidak berdasar ilmiah.
Remaja yang menjalankan diet ini cenderung menghindari makanan pokok seperti karbohidrat, padahal tubuh membutuhkan karbohidrat sebagai sumber energi utama.
Bahaya lain dari diet ekstrem termasuk malnutrisi, ketidakseimbangan elektrolit, hingga risiko gangguan hormonal.
Masalah ini bisa berdampak jangka panjang pada pertumbuhan dan kesehatan reproduksi.