Alternatif seperti buah-buahan segar lebih dianjurkan karena kandungan seratnya yang tinggi dan nutrisi yang mendukung kesehatan pencernaan.
Pola makan anak yang sehat juga melibatkan pembatasan konsumsi susu hingga maksimal 350 ml per hari untuk menghindari gangguan nafsu makan.
Komunikasi antara orang tua dan anak selama waktu makan juga dianggap penting.
Berinteraksi dengan anak saat makan dapat meningkatkan hubungan emosional sekaligus membantu mengenali kebiasaan makan mereka.
Misalnya, orang tua dapat memahami jenis makanan yang disukai anak dan menyesuaikan menu sehari-hari tanpa mengorbankan keseimbangan nutrisi.
Beberapa tips tambahan untuk membantu orang tua di antaranya adalah memberikan waktu yang cukup bagi anak untuk menikmati makanannya.
Selain itu, penting untuk tidak memaksa anak makan, melainkan memberi mereka ruang untuk memutuskan jumlah makanan yang diinginkan.
Pendekatan ini membantu anak belajar mengenali sinyal tubuh mereka sendiri.
IDI juga menyoroti pentingnya memberikan contoh yang baik kepada anak.
Orang tua yang menjalani pola makan sehat cenderung menginspirasi anak-anak mereka untuk mengadopsi kebiasaan serupa.
Lingkungan rumah yang mendukung pola makan sehat, seperti menyediakan makanan bergizi dan membatasi akses ke junk food, sangat berpengaruh pada pola makan anak.
Di Kalimantan Tengah, masalah gizi pada anak masih menjadi perhatian utama.
Oleh karena itu, inisiatif seperti yang dilakukan oleh IDI Buntok diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat.
Melalui edukasi dan pendampingan, orang tua diharapkan mampu menciptakan generasi yang sehat dan cerdas.
(VZ/RS)






