Satukota.com – Kata tanya yang digunakan dalam perumusan masalah karya ilmiah yaitu apa? Jelas ini merupakan salah satu pertanyaan penting bagi akademisi yang tengah menyusun laporan karya ilmiah.
Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk karya yang cenderung lebih sistematis dan biasanya berasal dari hasil kajian tertentu.
Beberapa contoh dari karya ilmiah misalnya adalah skripsi, artikel ilmiah, jurnal, tesis, dan lain sebagainya.
Bagi kita yang menempuh jenjang SMA, Diploma, Sarjana, dan seterusnya tentu akan membuat suatu laporan karya ilmiah.
Meski memang pada jenjang SMA sederajat, pelaporan karya ilmiah dibuat sangat sederhana dan tak jarang tidak langsung melakukan penelitian ke lapangan.
Dalam membuat pelaporan suatu karya ilmiah, tentu kita harus melakukan perumusan masalah.
Adapun perumusan masalah ini biasanya berupa kalimat tanya yang bersifat padat dan jelas.
Kata Tanya Yang Digunakan Dalam Perumusan Masalah Karya Ilmiah
Kata tanya yang digunakan dalam perumusan masalah karya ilmiah yaitu bagaimana dan mengapa atau sering diganti dengan kenapa. Salah satu alasan kenapa pengunaan “mengapa” dan “bagaimana” sering digunakan adalah karena perumusan masalah yang harus padat dan jelas.
Dalam praktiknya, perumusan masalah ini akan dibarengi dengan pembatasan masalah agar masalah yang dibahas bisa lebih sempit dan tidak melebar.
Di penelitian secara kualitatif, rumusan masalah ini pun diganti dengan “kata lain” yakni pertanyaan penelitian.
Mengapa Karya Ilmiah Membahas Masalah?
Bisa jadi ada pertanyaan di antara kita mengenai kenapa karya ilmiah ini harus mencari masalah, membahas masalah, serta menyimpulkan masalah?
Salah satu tujuannya adalah guna mencari solusi sebaik mungkin dari masalah yang tengah dibahas.
Meski terlihat sepele, namun tidak mudah untuk menemukan suatu masalah yang benar relevan dan mudah untuk digali.
Faktanya, banyak akademisi yang sering “stuck” saat mencari masalah yang hendak dibahas. Tentu saja, mencari masalah ini harus dilakukan dengan objektif dan bersumber dari referensi yang kaya.
Dalam segi proses, perumusan masalah selalu diawali dengan latar belakang masalah. Jadi rumusan masalah tidak mungkin muncul tanpa ada latar belakangnya.
Misal mengenai game online yang begitu pesat perkembangannya hingga banyak dimainkan oleh orang-orang.
Di sini, kita bisa merinci pada pertanyaan “mengapa game online bisa berkembang secara pesat?” hingga “bagaimana game online bisa memicu kecanduan pada pemainnya?”.
Setelah perumusan masalah, biasanya akan ada bagian tujuan serta manfaat dari buatnya suatu karya ilmiah.
Dan biasanya bagian-bagian di atas ada di bagian BAB 1, sedangkan BAB berikutnya sering mengacu pada banyaknya rujukan hingga referensi mengenai teori yang mendukung mengenai masalah yang tengah dibahas.
Pada karya ilmiah dengan skala yang kecil, tak jarang setelah BAB kajian teori akan langsung ke proses pembahasaan atau bahkan bagian kesimpulan.
Sedangkan untuk karya ilmiah lain seperti Skripsi, bagian BAB setelah kajian teori biasanya adalah proses pengolahan data, kemudian dilanjut bagian BAB pembahasaan, dan diakhiri dengan bagian BAB penutup atau kesimpulan.
Artikel ini telah tayang di m.satupiston.com dengan judul yang serupa.
(VZ/RS)