Penelitian yang diterbitkan dalam Gastroenterology Research and Practice menunjukkan bahwa kafein dapat merangsang gerakan usus dan mempercepat pengosongan lambung.
Namun, bukan hanya kafein yang berperan dalam hal ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kopi, baik dengan atau tanpa kafein, dapat memiliki efek pencahar pada sebagian orang.
Kopi memiliki kemampuan untuk merangsang sistem pencernaan dengan cara yang mirip dengan pencahar alami, seperti senna atau psyllium.
Kopi juga mengandung senyawa yang disebut trigonelin, yang berperan dalam meningkatkan produksi asam lambung. Trigonelin diketahui memiliki efek positif pada motilitas usus, yang membantu mempercepat proses pencernaan.
Selain itu, beberapa faktor lain juga dapat berkontribusi pada dorongan untuk BAB setelah meminum kopi. Salah satunya adalah efek diuretik dari kopi.
Kopi memiliki sifat diuretik, yang berarti dapat meningkatkan produksi urin. Efek ini dapat menyebabkan seseorang merasa lebih terdesak untuk buang air kecil, yang sering kali disertai dengan dorongan untuk BAB.
Kopi juga dapat mempengaruhi flora usus, yang dapat berperan dalam proses pencernaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kopi dapat mempengaruhi keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan.
Beberapa jenis bakteri yang ditemukan dalam usus besar dapat memecah senyawa-senyawa dalam kopi, menghasilkan gas dan asam yang merangsang usus untuk bergerak lebih cepat.
Namun, efek kopi terhadap sistem pencernaan tidak berlaku untuk semua orang. Beberapa orang mungkin tidak merasakan dorongan untuk BAB setelah meminum kopi, dan ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor.






