Terima kasih sudah mengunjungi Satukota.com

DMCA  PROTECTED

Aksi Penipuan Tukar Uang oleh WNA di Warung Kawasan Surya Sumantri Bandung Terungkap

Aksi Penipuan Tukar Uang oleh WNA di Warung Kawasan Surya Sumantri Bandung Terungkap
Warung lokasi kejadian penipuan. (Sumber: Dokumentasi warga)

Satukota.com – Modus penipuan dengan kedok penukaran uang kembali terjadi dan kali ini menyasar warung warga di kawasan Surya Sumantri, Bandung.

Insiden ini menjadi sorotan karena pelaku diduga merupakan Warga Negara Asing (WNA) yang menggunakan bahasa Inggris untuk melancarkan aksinya.

Cara mereka bekerja terbilang rapi, dengan berpura-pura membeli barang dan melakukan trik psikologis untuk membingungkan korban.

Peristiwa penipuan ini terjadi di sebuah warung kecil yang berlokasi di kawasan padat penduduk Surya Sumantri, Bandung.

Pada awalnya, suasana warung tersebut tampak seperti biasa, hingga datang dua pria asing yang tampak tidak familiar di lingkungan sekitar.

Salah satu dari mereka masuk ke dalam toko dan langsung membeli sebotol minuman ringan dengan harga Rp5.000.

Ia kemudian memberikan dua lembar uang pecahan Rp50.000 kepada penjaga toko.

Namun, aksi tidak berhenti di situ.

Pria tersebut kemudian berpura-pura meminta uangnya ditukar dengan pecahan Rp100.000, dan menolak uang pecahan Rp100.000 edisi baru yang diberikan oleh pemilik warung.

Sikap penolakan ini diduga sengaja dilakukan untuk mengalihkan perhatian penjaga toko.

Dengan berbicara dalam bahasa Inggris serta menyinggung soal agama, pelaku berusaha membuat suasana percakapan menjadi tidak fokus dan emosional.

Saat perhatian korban mulai terpecah, pelaku mencoba membuka laci penyimpanan uang secara diam-diam.

Namun, upaya tersebut gagal karena pemilik toko dengan sigap menangkap tangan pelaku yang sudah menyentuh uang di dalam laci.

Refleks cepat korban mencegah pelaku mengambil uang lebih banyak dan menyelamatkan warung dari kerugian yang lebih besar.

Setelah aksinya terbongkar, pelaku segera melarikan diri ke luar toko dan masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu di depan.

Mobil tersebut tidak memiliki plat nomor belakang, yang semakin menguatkan dugaan bahwa pelaku sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk kabur tanpa jejak.

Korban menyatakan bahwa dua pria tersebut mengaku Muslim dan sempat berbicara tentang keimanan saat berada di dalam warung.

Namun, pembicaraan ini diduga kuat sebagai bagian dari strategi pengalihan isu, agar korban lebih fokus pada percakapan daripada gerak-gerik mencurigakan mereka.

Modus serupa ternyata bukan yang pertama kali terjadi.

Dalam beberapa pekan terakhir, laporan mengenai penipuan dengan modus tukar uang serupa juga muncul dari sejumlah daerah lain seperti Bogor dan Sragen.

Pola yang digunakan hampir identik, yakni pelaku asing berpura-pura membeli barang murah, lalu mencoba menukar uang dengan cara mencurigakan, bahkan membuka laci tanpa izin saat penjaga toko lengah.

Kemiripan ini menimbulkan dugaan kuat bahwa mereka merupakan bagian dari sindikat yang telah beroperasi lintas kota.

Kepolisian setempat saat ini tengah melakukan penelusuran lebih lanjut terhadap pelaku berdasarkan ciri-ciri fisik dan kendaraan yang digunakan.

Upaya pencarian juga difokuskan pada rekaman CCTV di sekitar lokasi untuk mendapatkan identitas pasti dan pola pergerakan para pelaku.

Warga Bandung diimbau untuk lebih waspada, terutama bagi pemilik usaha kecil yang rentan menjadi target penipuan seperti ini.

Dilansir dari Inca Berita, salah satu langkah preventif yang disarankan adalah selalu mencatat transaksi secara langsung dan tidak membiarkan pembeli asing terlalu lama berada di area kasir atau penyimpanan uang.

Kasus ini juga membuka diskusi mengenai pengawasan terhadap keberadaan WNA di wilayah pemukiman dan kawasan niaga.

Meskipun tidak semua WNA berperilaku mencurigakan, namun tindakan cepat tetap dibutuhkan saat melihat interaksi yang janggal di toko atau warung setempat.

Pihak RT dan RW setempat kini juga mulai memperketat pengawasan dan memberikan edukasi kepada warga mengenai ciri-ciri penipuan dengan modus serupa.

Mereka juga mendorong agar semua warga segera melapor jika melihat atau mengalami kejadian mencurigakan serupa.

Kasus penipuan ini menjadi pengingat bahwa kejahatan dapat terjadi kapan saja dan dengan cara yang tidak terduga.

Pelaku bisa datang dari luar negeri dan menyamar dengan identitas yang tidak mudah ditelusuri.

Dalam dunia yang semakin terbuka seperti sekarang, kewaspadaan dan respons cepat dari warga menjadi salah satu kunci penting untuk menghindari kerugian lebih besar.

Kejadian ini juga menekankan pentingnya kolaborasi antara warga dan aparat untuk mengungkap kejahatan lintas kota seperti sindikat penipuan ini.

Pihak kepolisian berharap masyarakat tidak hanya waspada, tetapi juga proaktif dalam memberikan informasi agar pelaku dapat segera ditangkap.

Jika pelaku benar merupakan bagian dari jaringan penipuan, maka langkah hukum yang tegas harus segera diambil agar kejadian serupa tidak berulang.

Dengan adanya perhatian lebih terhadap kasus seperti ini, diharapkan Bandung dan kota lainnya dapat terbebas dari aksi penipuan bermodus serupa yang merugikan masyarakat kecil.***

error: Content is protected !!