Satukota.com – Sebuah insiden pengeroyokan yang menimpa seorang driver ojek online (ojol) di kawasan Andir, Kota Bandung, kembali menyorot isu perilaku pelajar di ruang publik.
Peristiwa ini terjadi pada siang hari, 16 April 2025, dan terekam dalam sebuah video yang kini ramai diperbincangkan di media sosial.
Kejadian ini memicu keprihatinan publik lantaran melibatkan kelompok siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) dan seorang warga yang tengah menjalankan aktivitas mencari nafkah.
Video yang beredar menunjukkan seorang driver ojol yang dikeroyok oleh beberapa pelajar berseragam, di tengah keramaian warga yang sebagian terlihat mencoba menengahi.
Insiden ini berawal dari aksi sederhana, yakni bunyi klakson sebagai bentuk teguran kepada dua pelajar yang berdiri di tengah jalan dan menghalangi laju kendaraan.
Namun alih-alih memberi ruang, kedua siswa tersebut justru menanggapi teguran tersebut dengan kata-kata kasar yang bernada merendahkan.
Setelah mendapat makian, Ega mendekati kedua siswa tersebut, diduga dengan maksud untuk meminta klarifikasi atas sikap tidak sopan mereka.
Situasi pun memanas ketika salah satu pelajar diduga melakukan tindakan fisik dengan menanduk wajah Ega secara tiba-tiba.
Aksi itu sontak memicu perkelahian singkat antara keduanya, yang kemudian menarik perhatian rekan-rekan pelajar lainnya di sekitar lokasi.
Dalam hitungan menit, beberapa siswa lain datang mendekat dan terlihat ikut terlibat, menjadikan Ega dalam posisi yang terdesak dan dikeroyok.
Dari tayangan video yang beredar luas, terlihat bahwa beberapa pelajar memang tampak seperti sedang ingin melerai, namun kemudian justru terlibat langsung dalam aksi pemukulan.
Pihak kepolisian dari Polsek Andir saat ini tengah mengumpulkan bukti dan informasi tambahan untuk menyelidiki peristiwa tersebut lebih lanjut.
Meski belum ada keterangan resmi soal identitas para pelaku, pihak berwenang sudah melakukan koordinasi dengan pihak sekolah yang diduga menjadi asal para siswa tersebut.
Kejadian ini menimbulkan reaksi keras dari masyarakat, terutama para pekerja lapangan yang merasa bahwa tindakan kekerasan semacam ini sudah berada di luar batas toleransi.
Warga sekitar berharap pihak sekolah turut bertanggung jawab dalam memberikan edukasi karakter kepada para siswanya agar tidak mencemarkan nama institusi pendidikan.
Dilansir dari pafiwaplau.org, tindakan pengeroyokan seperti ini tidak hanya melukai fisik korban, tetapi juga menciptakan citra negatif terhadap para pelajar yang seharusnya menjadi harapan masa depan bangsa.
Dampak buruk dari aksi kekerasan seperti ini juga meluas ke aspek sosial dan psikologis, di mana korban dan keluarganya bisa mengalami tekanan mental serta kehilangan rasa aman dalam aktivitas sehari-hari.
Selain itu, aksi main hakim sendiri oleh sekelompok remaja bisa menimbulkan efek domino berupa ketegangan antara komunitas ojek online dan pelajar, yang sejatinya harus hidup berdampingan dalam lingkungan masyarakat.
Tidak hanya itu, viralnya peristiwa ini di media sosial juga memicu kekhawatiran akan efek negatif bagi pelajar lain yang bisa saja menganggap kekerasan sebagai solusi dari masalah kecil.***