Satukota.com – Seorang dokter koas bernama Fladiniyah menjadi sorotan publik setelah terlibat dalam insiden dengan seorang tukang roti bakar di Jalan Perintis, Medan Timur, Sumatera Utara.
Peristiwa ini bermula ketika Fladiniyah, yang sebelumnya bertugas di RS Pirngadi Medan, mengeluhkan jumlah topping roti bakar yang dianggapnya terlalu sedikit. Keluhan tersebut berujung pada tindakan fisik yang mengejutkan.
Fitra Samosir, tukang roti bakar yang menjadi korban, mengungkapkan bahwa Fladiniyah datang ke tempatnya dua kali. Pada kedatangan kedua, ia membawa sisa roti dan memprotes dengan nada tinggi.
Fitra menjelaskan bahwa insiden tersebut terjadi pada malam yang tenang di lapaknya. Fladiniyah, yang awalnya memesan roti seperti pelanggan biasa, kembali beberapa jam kemudian sambil membawa sisa roti. Ia marah-marah dengan alasan topping yang diberikan terlalu sedikit.
Fladiniyah tidak hanya memprotes, tetapi juga menyerang secara fisik dengan mencakar, menjambak, dan menendang Fitra. Tindakan ini dilakukan setelah terjadi adu mulut yang cukup sengit antara keduanya.
Fitra mencoba menahan emosi dan meminta Fladiniyah untuk berbicara dengan bosnya terkait keluhan tersebut. Namun, permintaan ini ditolak oleh Fladiniyah, yang langsung pergi ke mobilnya.
Menurut pengakuan Fitra, ia berusaha mengejar Fladiniyah ke mobilnya untuk menyelesaikan masalah dengan baik-baik. Namun, upaya ini justru memicu tindakan agresif dari Fladiniyah.
Pihak RS Pirngadi Medan memberikan keterangan bahwa Fladiniyah sudah tidak lagi bertugas di rumah sakit tersebut sejak Juli 2024. Hal ini disebabkan ketidakharmonisan dengan rekan-rekannya selama menjalani masa koas.
Insiden ini menambah daftar kontroversi yang melibatkan Fladiniyah. Sebelumnya, pada April 2023, ia sempat viral karena perselisihan di area parkir RS Pirngadi Medan. Kasus tersebut berhasil diselesaikan secara damai, tetapi meninggalkan kesan negatif di mata publik.
Banyak warga yang menyayangkan sikap Fladiniyah, mengingat profesinya sebagai calon dokter yang seharusnya menunjukkan empati dan profesionalisme. Tindakan tersebut dianggap tidak mencerminkan etika seorang tenaga medis.
Di media sosial, insiden ini menuai beragam komentar dari netizen. Sebagian besar mengkritik tindakan Fladiniyah yang dinilai tidak pantas. Beberapa netizen bahkan meminta pihak berwenang untuk memberikan sanksi tegas.
Pengamat sosial menilai bahwa insiden ini mencerminkan pentingnya pengelolaan emosi, terutama bagi individu yang bekerja di sektor pelayanan masyarakat. Kejadian ini juga menjadi pengingat bagi para tenaga medis untuk selalu menjaga sikap di tengah tekanan pekerjaan.
Publik berharap kasus ini dapat diselesaikan secara adil, dengan tetap mengedepankan pendekatan hukum dan profesionalisme.
Mencari artikel kesehatan? Jangan lupa kunjungi: pafipcdompu.org.
(VZ/RS)