Terima kasih sudah mengunjungi Satukota.com

DMCA  PROTECTED

Viral  

Tragedi Antrean Gas LPG 3 Kg di Pamulang Tangerang Selatan, Nenek Penjual Nasi Uduk Meninggal Diduga Karena Kelelahan Mengantre

Tragedi Antrean Gas LPG 3 Kg di Pamulang Tangerang Selatan, Nenek Penjual Nasi Uduk Meninggal Diduga Karena Kelelahan Mengantre

Satukota.com – Kelangkaan gas LPG 3 kg di Pamulang Barat, Tangerang Selatan, membawa dampak besar bagi warga yang bergantung pada bahan bakar bersubsidi tersebut.

Sejumlah warung eceran mulai kehabisan stok, sementara pangkalan dan agen gas dipenuhi antrean warga yang berharap mendapatkan tabung gas untuk kebutuhan sehari-hari.

Situasi ini semakin sulit setelah seorang nenek meninggal dunia akibat kelelahan saat mengantre LPG 3 kg di bawah terik matahari.

Peristiwa tragis ini menimpa Yonik, seorang pedagang nasi uduk berusia 68 tahun yang tinggal di Pamulang Barat.

Pada hari kejadian, Yonik memutuskan untuk mengantre di sebuah warung agen gas yang berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya.

Sejak pagi, antrean sudah mengular karena banyak warga yang mengalami kesulitan mendapatkan LPG 3 kg dalam beberapa hari terakhir.

Yonik berdiri dalam antrean selama dua jam di bawah terik matahari tanpa menunjukkan gejala kelelahan sebelumnya.

Namun, sekitar pukul 11.30 WIB, ia tiba-tiba kehilangan kesadaran di tengah antrean dan warga sekitar segera berusaha memberikan pertolongan.

Keluarga yang menerima kabar tersebut segera datang ke lokasi, tetapi nyawa Yonik tidak bisa diselamatkan.

Menurut salah satu kerabat korban, Yonik tidak memiliki riwayat penyakit serius yang bisa memicu kondisinya memburuk secara mendadak.

Dugaan sementara, faktor kelelahan dan cuaca panas menjadi penyebab utama Yonik jatuh pingsan dan kemudian meninggal dunia.

Kejadian ini semakin menambah kekhawatiran masyarakat terkait kelangkaan gas LPG 3 kg yang semakin sulit diperoleh.

Sejumlah warga mengaku harus mengantre lebih lama dari biasanya, sementara pasokan di warung eceran semakin terbatas.

Pembelian LPG 3 kg kini semakin ketat, dengan aturan yang mengharuskan warga membeli hanya di pangkalan resmi dan menunjukkan KTP sebagai syarat transaksi.

Kondisi ini membuat banyak warga kesulitan, terutama mereka yang bergantung pada LPG 3 kg untuk usaha kecil seperti warung makan dan pedagang kaki lima.

Sebagian warga bahkan terpaksa membeli gas dengan harga lebih tinggi dari pengecer tidak resmi akibat keterbatasan pasokan di pangkalan.

Fenomena antrean panjang ini pun menimbulkan risiko bagi masyarakat, terutama lansia dan ibu rumah tangga yang harus bertahan di bawah cuaca panas.***

error: Content is protected !!