Satukota.com – Sebuah video viral dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), memicu kekhawatiran warganet setelah memperlihatkan seorang pria dengan kondisi gelisah dan tangan kaki terikat.
Rekaman tersebut menunjukkan suasana mencekam, di mana pria itu tampak berusaha keras melepaskan diri di bawah pengawasan beberapa orang berbaju putih yang diduga petugas medis.
Identitas pria dalam video masih belum diketahui secara pasti, namun dugaan awal menyebut gejala aneh ini terjadi usai mengonsumsi daging anjing yang belum dimasak sempurna.
Kejadian yang terekam di Niki-niki, salah satu wilayah di TTS, langsung ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial, salah satunya akun Instagram @selektip.id yang membagikan cuplikan tersebut.
Dalam video berdurasi singkat itu, situasi terlihat cukup tegang, di mana pria tersebut tampak bergulat dengan ikatannya, sementara warga sekitar hanya dapat memperhatikannya dari jarak aman.
Beberapa warganet berspekulasi bahwa pria tersebut mengalami efek dari infeksi rabies, mengingat daging anjing yang dikonsumsinya disebut-sebut tidak dimasak dengan sempurna.
Namun demikian, berdasarkan fakta medis yang ada seperti dilansir dari pafikabpnbrebes.org, rabies umumnya tidak ditularkan melalui konsumsi daging, melainkan dari gigitan hewan yang terinfeksi.
Rabies sendiri merupakan penyakit mematikan yang menyerang sistem saraf pusat dan hampir selalu berakhir fatal jika tidak segera ditangani.
Penyakit ini biasanya menyebar melalui air liur hewan yang terinfeksi, terutama lewat gigitan, bukan lewat makanan atau daging yang dimakan.
Risiko penularan melalui konsumsi daging mentah atau kurang matang memang ada, tetapi sangat kecil, kecuali terdapat luka terbuka di dalam mulut yang memungkinkan virus masuk ke aliran darah.
Dalam kasus ini, gejala yang dialami pria tersebut tampak lebih menyerupai reaksi neuropsikiatrik dibandingkan infeksi rabies murni, meskipun pemeriksaan medis lebih lanjut tetap diperlukan.
Sementara itu, para ahli menegaskan pentingnya edukasi masyarakat terkait penanganan hewan peliharaan dan konsumsi daging, terutama di daerah dengan prevalensi rabies yang masih tinggi.
Konsumsi daging anjing sendiri di beberapa wilayah Indonesia masih menjadi praktik yang umum, meski menuai banyak kontroversi dari sudut pandang kesehatan maupun etika dan agama.
Penting bagi masyarakat untuk memastikan bahwa semua jenis daging, khususnya dari hewan berisiko rabies, dimasak dengan benar sebelum dikonsumsi.
Dalam konteks ini, kejadian di TTS menjadi pengingat bahwa keamanan pangan, termasuk dalam pengolahan daging, harus menjadi perhatian utama untuk mencegah risiko kesehatan yang serius.
Selain itu, pengawasan terhadap hewan liar dan kampanye vaksinasi rabies juga perlu terus diperkuat untuk mencegah kasus-kasus serupa di masa mendatang.
Belum diketahui pasti kondisi terkini dari pria dalam video tersebut, karena informasi lanjutan dari keluarga maupun fasilitas medis yang menanganinya masih belum tersedia untuk publik.
Kejadian ini sekaligus menjadi pelajaran penting tentang bagaimana persepsi masyarakat terhadap penyakit seperti rabies perlu diluruskan melalui edukasi berbasis fakta ilmiah.
Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan terkait penyebab pasti kondisi pria tersebut.
Pihak terkait diharapkan segera memberikan klarifikasi agar masyarakat memperoleh informasi yang akurat dan tidak terus-menerus menerka-nerka penyebab kejadian tersebut.
Dalam perkembangan lain, komunitas kesehatan di NTT mulai mengingatkan warga untuk berhati-hati dalam mengonsumsi produk hewani, serta pentingnya menjaga kesehatan diri dan lingkungan sekitar.
Langkah ini dinilai penting untuk mengantisipasi potensi penyebaran penyakit zoonosis yang masih menjadi tantangan di banyak wilayah Indonesia, termasuk NTT.
Kejadian di Niki-niki ini menjadi pengingat nyata bahwa di tengah kemajuan zaman, aspek kesehatan dasar dan keamanan pangan tetap harus menjadi prioritas utama di semua lini masyarakat.***